Rabu, 14 Juni 2017

Sabar pangkalku



Apa yang harus ku ceritakan, padahal sebenarnya ingin sejenak ku lupakan. Awan hitam masih membumbung di angkasa seakan ia belum mau beranjak menuju esok yang cerah merekah. Semalem ku menemuinya dalam kedipan mimpi yang tak begitu lama. Masih sama seolah-olah tak mau mengenal aku lagi, mawar itu penuh duri untuk selalu menjaga dirinya dari rasa yang tak karuan yaitu percintaan. Mimpiku hanya berpandangan wajahnya, tak lain dan tak bukan. Ku seperti diingitkan kembali untuk selalu menjaga rasa walau akhir cerita tau arah jalan kemana. Selalu takdir Tuhan mengisahkan begitu cerita anak adam, emosi yang terpendam seakan lepas dari tempat peraduan.
Tak ada kata untuk meratapi nasib ini, semua kisah harus sepenuhnya ku jalani tanpa memandang satu sisi gelap kehidupan. Namun, ku sadar jika esok diri ini tak mampu menggenggam lagi secuil kenangan bermatakan pola bintang berpijar. Bisakah ku selalu membuatnya bersinar?? Entahlah, kadang aku merasa salah mengapa harus mengenalnya, karena ku merasa tak usah kenal bila endingya sesal. Posisi bukan sebagai penyerang atau seorang back, aku hanyalah seorang washit yang bergerak dinamis untuk selalu semua sudut keindahan. Mengalami sebuah degradasi mental tak ubahnya sebagai pelajaran terbaik untuk memantapkan diri pada fase yang lebih baik lagi. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar