Kamis, 15 Juni 2017

Takdzimku





Takdizm guru

 

Mencium tanganmu ku diam malu

Seakan dosa ku pikul kemana-mana

Takdzimku

Ku mengiba akan barokah itu

Setunduk-tunduknya ku berjalan

Melewati tiang kokoh sang penggoda

Berisikan bait-bait Rahman Rahim

Takdzimku

Ku cium telapak tanganmu

Jujur, rasa itu tak biasa

Seoalah beda kita memandang dunia

Alhamdulillah..alhamdulillah

Spontan katamu terlontar

Bagai kedipan intan terpancar

Takdzimku

Berjalan mundur

Berpamit undur

Berbekal syukur

Baunya masyhur

Ridho-Nya selalu ku harap

Dalam dinding doa ku berucap

Keberkahan, kesehatan, ketakwaan

Semoga tercurah padamu guru

Wallahu’alam.

 

Yogyakarta, 21 Ramadhan 1438 H

 

 

Rabu, 14 Juni 2017

Sabar pangkalku



Apa yang harus ku ceritakan, padahal sebenarnya ingin sejenak ku lupakan. Awan hitam masih membumbung di angkasa seakan ia belum mau beranjak menuju esok yang cerah merekah. Semalem ku menemuinya dalam kedipan mimpi yang tak begitu lama. Masih sama seolah-olah tak mau mengenal aku lagi, mawar itu penuh duri untuk selalu menjaga dirinya dari rasa yang tak karuan yaitu percintaan. Mimpiku hanya berpandangan wajahnya, tak lain dan tak bukan. Ku seperti diingitkan kembali untuk selalu menjaga rasa walau akhir cerita tau arah jalan kemana. Selalu takdir Tuhan mengisahkan begitu cerita anak adam, emosi yang terpendam seakan lepas dari tempat peraduan.
Tak ada kata untuk meratapi nasib ini, semua kisah harus sepenuhnya ku jalani tanpa memandang satu sisi gelap kehidupan. Namun, ku sadar jika esok diri ini tak mampu menggenggam lagi secuil kenangan bermatakan pola bintang berpijar. Bisakah ku selalu membuatnya bersinar?? Entahlah, kadang aku merasa salah mengapa harus mengenalnya, karena ku merasa tak usah kenal bila endingya sesal. Posisi bukan sebagai penyerang atau seorang back, aku hanyalah seorang washit yang bergerak dinamis untuk selalu semua sudut keindahan. Mengalami sebuah degradasi mental tak ubahnya sebagai pelajaran terbaik untuk memantapkan diri pada fase yang lebih baik lagi. 


Bangun "pecundang"

Ketika ufuk timur telah menyongsong
Memulai kehidupan yang penuh kekejaman
Lembaran awan harap
Seakan hari ini perlombaan
Gesekan sepatu para pejuang ilmu
Berjuang tanpa menodong
Berkarya tanpa bohong
Memangkas pertalian liar
Bukti tragis masalalu bangsa
Tumbuh nyata diantara ibu jari

Menang diri yang hanya dicari